mataharinya, masyarakat yang saya temui selama perjalanan ke Singkawang
begitu hangat menerima kunjungan kami di desa mereka.
Bekerja di balik meja selama ini membuat saya agak sulit menghayati
inti pelayanan World Vision/Wahana Visi Indonesia. Karena itu ketika
ditugaskan menemani wartawan dari majalah Bahana sekaligus meliput,
saya senang sekali. Saya ingin melihat langsung pelayanan kita di
masyarakat.

yang dikomandani Bapak Thomas Arief Setyoso menjadi tempat persinggahan
pertama kami, tiga orang staf dari Jakarta beserta sang wartawan
majalah Bahana, Robby Repi. Dari situ kami diajak melihat masyarakat
yang dilayani ADP Singkawang yang mencakup wilayah Singkawang dan
Bengkayang.
Pekerjaan utama masyarakat yang dilayani ADP adalah penyadap karet.
Bulan Desember bukanlah bulan baik buat mereka, hujan membuat mereka
cukup sulit mengumpulkan getah karet. Dengan penghasilan yang jauh dari
UMR, para penyadap karet harus tetap mendapat getah karet walaupun
hanya sedikit, sekedar menyambung hidup hari itu.

Sang istri, Berta (30) menggoyang ayunan tempat Rizky (3) sedang
tertidur lelap, sementara dua orang anaknya yang lain duduk diam di
lantai papan rumah mereka yang sederhana. Gurat penderitaan membayang
di wajah ibu tiga anak yang terlihat jauh lebih tua dari pada usia
sebenarnya.
“Tidak umum bagi seorang penyadap karet pada waktu seperti ini,”
demikian Pak Thomas memberi keterangan kepada kami, “Biasanya mereka
sudah di rumah pada pukul 10 pagi.” Hari memang sudah siang waktu itu,
tetapi Tokon tidak punya pilihan lain. “Garam sudah habis,” tutur Berta
pendek.
Anak pertama mereka, Dewi Monika (9) adalah anak santun ADP Singkawang.
Dewi bercerita kepada saya tentang perjalanan satu jam ke sekolah yang
harus dilaluinya setiap hari tanpa alas kaki. “Kadang-kadang saya
terlambat, lalu saya dimarahi Pak Guru,” tambahnya polos.

Di lain tempat, saya menemukan kebahagiaan masyarakat dusun Sabah
karena air sudah mengalir ke rumah-rumah mereka. Proyek air bersih KSM
Harapan Maju yang baru saja selesai beberapa waktu lalu ini jadi
“hadiah Natal” bagi mereka. Pak Aloysius salah seorang anggota KSM
mengatakan kepada saya, “Kami sangat terbantu oleh adanya air bersih
ini. Terima kasih kepada ADP.”
Saya juga menikmati kesederhanaan Natal di desa. Begitu sederhana dan
meresap di hati. Melihat semangat masyarakat dusun Tawang desa Saba’u
kecamatan Salamantan dan sekitarnya dalam merayakan Natal di dalam
segala keterbatasan mereka, saya tersentuh. Anak-anak dari Kelompok
Belajar Anak (KBA) yang diprakarsai oleh ADP Singkawang mempersembahkan
nyanyian malam itu. Inilah semangat Natal yang sesungguhnya. Berjalan
kaki 3 km, melewati hutan sambil membawa senter, sekitar 30 orang dari
dusun Nek Ginap, datang menghadiri undangan Natal dari masyarakat dusun
Tawang, yang menjadi pokok doa kita di program 30 jam Kasih dan Peduli.
Perjalanan ini meninggalkan kesan yang sangat dalam bagi saya. Saya
bahagia karena bisa ikut terlibat; walau tidak secara langsung; dalam
pelayanan ini. Saya menjadi lebih bersemangat karena saya tahu apa pun
yang saya kerjakan dari balik layar komputer saya, tujuannya adalah
untuk orang-orang seperti yang saya jumpai di Singkawang. *(naskah&foto:DSP)
foto2 kumplit liat di http://thepamilih.multiply.com/photos/photo/9
No comments :
Post a Comment