Saturday, January 5, 2013

Rumah Baru Mancillus

Sekarang sudah masuk tahun yang baru, Manci tak mau tertinggal menata diri. Masih membekas rasa sakit di hatinya, oleh nasihat dan teguran si Cermin Besar di rumah ibadat. Maka, terbetik di pikirannya untuk mengubah fasad rumahnya. 
Manci pergi ke toko saudagar Dalimunthe Galigul, guna membeli peralatan berbenah. Saudagar Dali ahli merancang, cita rasanya amatlah tinggi, buatannya pun halus.
"Saudagar, berilah aku cat hitam itu untuk melabur dinding depan rumahku."
"Hitam, Manci? Tidakkah kau ingin warna yang lebih lembut? Dan, menurutku sebaiknya temboknya kau haluskan dulu, karena masih kurang halus, tak lah nanti catnya terlihat kurang apik."
Darah Manci berdesir. Jantungnya berdegup kuat. Matanya berkedip-kedip cepat. Suaranya terbata karena hampir tak kuasa menahan diri.
"Aku suka begitu! Dan, kau harus tahu, Tuan Dalimunthe yang terhormat, aku tak butuh nasihatmu!"
Saudagar Dali mencelat dari kursinya. Manci yang gagah itu menghentakkan kakinya dengan penuh amarah. Tak pun teringat olehnya untuk pamit, pulanglah ia dengan wajah serupa pepaya jatuh pohon sebulan lalu.
Tak lama, di muka rumahnya terpancang sebuah bilah dan sebuah papan dengan tulisan: "Rumah Ini Dibeli dengan Uang Saya."

No comments :

Post a Comment