Tuesday, June 11, 2013

Konser Roadshow Joel yang Pertama

Lupa tepatnya kapan, mungkin sekitar awal tahun ini, Joel mendapat undangan audisi konser ultah ke-8 Ivory Music, tempat Joel belajar piano. Konser ultah ini akan diadakan di gedung Esplanade, Singapore.

Joel ingin mencoba ikut. Singapore yang jadi pengiming-imingnya. Hingga umur 9 tahun ini, Joel belum pernah ke luar negeri, hanya bisa gigit jari mendengar cerita teman-temannya yang pergi ke Universal Studios Singapore, atau Legoland Malaysia, atau Disneyland HK, dst... Sementara dirinya baru pergi sejauh Bali atau Pulau Bangka, tak lupa Salatiga setiap akhir tahun. :p Sudah beberapa kali sih, dia merengek minta diajak ke negara jiran itu, tetapi belum kami kabulkan, karena butuh biaya tak sedikit memboyong lima orang ke luar negeri.

Saya katakan kepadanya,  jika dia lolos, maka atas usahanya sendirilah dia bisa ke Singapore. Dan dia pasti akan sangat bangga akan pencapaiannya ini. Jadi Joel cukup semangat ingin bisa lolos.

Joel adalah anak yang lambat panas, kemampuan adaptasinya tergolong lambat, karena dirinya punya kelemahan dalam menoleransi perubahan. Melewati rute yang berbeda menuju parkiran mal saja ketika masih balita, bisa membuatnya menangis kesal. Saya juga masih ingat betul pengalaman pertamanya harus perform di tempat baru, di hadapan orang asing (dan dalam jumlah lumayan banyak) waktu ikut resital piano bersama murid-murid Yusuf, guru pianonya. Joel yang belum pernah sekali pun menginjak tempat ini, belum pernah merasakan yang namanya konser, dipasang di urutan pertama. Yang saya takutkan terjadi. Dia memang maju, tetapi mogok di depan. Malah bertingkah aneh-aneh dan jadi bahan tertawaan. Akhirnya Joel ditaruh di tempat terakhir, itu pun lama sekali dia baru mau main. Saya sampai nekad maju untuk menyemangatinya. Untungnya dia mainkan juga satu dari tiga lagu yang sudah dipersiapkan. Itu juga yang membuatnya tak pernah mau ikut ujian ABRSM (ujian sertifikasi pemain musik yang dikeluarkan oleh Royal School of Music - Inggris), padahal sudah hampir tiga tahun belajar piano di Ivory. Akibatnya dia tertahan di Grade 1, padahal materi yang dia dapat dari gurunya sudah lebih dari level ini.

Tentu saya agak was-was hal ini terjadi lagi. Benar saja, pas audisi pertama Joel mogok. Dia diaudisi oleh orang yang belum dia kenal. Menurut Papanya yang mengantarnya, giliran Joel akhirnya dipindahkan. :p

Tetapi, lalu muncul surat pemberitahuan bahwa Joel LOLOS ke babak berikut. What a surprise!!!

Maka, Joel mulai masuk penggodokan. Ada kelas tambahan di luar kelas regularnya yang hanya 1/2 jam. Kelas tambahan ini berdurasi 2 jam setiap Sabtu malam. Yang mengajar adalah ketiga pianis pewaris sekolah musik Ivory :p yang menyebut diri mereka 3pianists, juga beberapa guru lain. Saya rasa ini adalah kesempatan yang sangat baik, mengingat 3pianits ini, tiga bersaudara ini walau masih muda, sudah mendapat tempaan dan mengenyam pendidikan musik bertaraf internasional. Sungguh adalah kesempatan sangat baik untuk Joel belajar langsung dari mereka, juga konser-konser kecil yang akan dia lewati sebelum akhirnya dinyatakan berhak pergi ke Singapore.

O ya, berita baik setelah ikut program penguatan ini, Joel menyatakan MAU ikut ujian ABRSM. Dengan agak cemberut. Sepertinya dia malu jadi satu-satunya yang belum ujian.

Latihannya sendiri cukup membosankan. Setiap hari Joel dituntut memainkan lagu itu selama waktu yang telah ditentukan. Awalnya 1 jam tiap hari selama dua minggu, berangsur turun 45 menit di minggu berikutnya, lalu 40 menit, minggu terakhir 30 menit. Mengingatkannya untuk latihan sudah jadi masalah, belum lagi menyuruhnya untuk setia memainkan lagu itu. Joel tidak terima karena harus main lagu ini terus. Dia ingin lagu lain. Sempat terjadi perselisihan juga antara kami orangtuanya dengan dia. Saya juga sempat harus memberikan dorongan yang sangat kuat, sekaligus hati-hati menjaga mood-nya ketika musim ulangan umum tiba. Khawatir juga dia ngambek tidak mau mengerjakan soal ulangan karena mood sedang jelek.

Terus terang, walau pada mulanya lagu ini terasa keren, kalau dijejali tiap hari tentu saya mabok Für Elise. Berbagai cara dia lakukan untuk mengatasi kebosanannya, misalnya dengan memainkannya sambil berbaring malas di kursinya, memainkannya di bawah kain merah penutup tuts piano, termasuk sambil tutup mata, hingga mengubah beat-nya jadi berirama waltz, ato memadukan tangan kirinya dengan lagu Callypso Rhumba. Hahaha, Joel itu memang idenya aneh-aneh. Bahkan sempat-sempatnya Joel mempelajari lagu yang akan dimainkan teman-temannya: In a Persian Market. Memang lagu ini lebih menarik dan dinamis karena bagai sebuah cerita dalam beberapa babak.

Minggu, 9 Juni 2013 ditetapkan sebagai Roadshow Concert I. Semua peserta ikut. Joel ditaruh di giliran kedua terakhir sebelum jeda 15 menit. Ada pun lagu-lagu sudah disusun berdasarkan kompleksitasnya. Jadi, ditilik dari urutannya, lagu yang akan Joel mainkan ini, termasuk lagu yang cukup kompleks. Oh ya, konser ini juga menjadi masukan bagi panitia untuk menentukan siapa yang akan lanjut ke tahap berikut.

Saya yang mengantarnya konser, karena anak di bawah 7 tahun tidak diperkenankan masuk, jadi adik-adiknya di rumah bersama si Papa.

Ini fotonya sebelum berangkat konser. Beginilah posenya. Maafkan bekgron yang berantakan itu, ya. Sudah buru-buru, takut terlambat. :p
Sebelum berangkat
Peserta yang akan ikut konser masuk dulu dan duduk terpisah dari orangtuanya. Jadi saya tidak bisa berkomunikasi dengan Joel. Saya sengaja duduk paling depan agar mudah terlihat oleh Joel. Saya lihat, urutannya cukup bawah, urutan kesekianbelas kalau tidak salah.
Lagu-lagu pertama adalah lagu-lagu anak sederhana, yang dimainkan oleh anak-anak grade 1-3. Lagu pilihan seorang murid grade 4 ABRSM agak mengejutkan saya: Touch a Rainbow. Lagu ini di telinga awam saya (semoga saya tidak terkesan sombong) terdengar sangat pop dan mudah. Lagu-lagu berikut mulai agak rumit, dari yang easy listening seperti yang dipopulerkan Richard Clayderman sampai akhirnya giliran seorang remaja berumur 15 tahun memainkan lagu Turkish March-nya Mozart yang terkenal itu. Nyali saya sudah sangat tipis, karena setelah itu adalah giliran Joel. Tangan saya mendingin. Tak ada siapa pun untuk berbagi ketegangan. Mengambil foto atau memvideokan acara ini juga dilarang. Jadilah saya berusaha mengatasi ketegangan saya dengan mencoba men-sketch yang saya lihat.

ruang tunggu

Piano Sonate No. 15 by  a young girl

Mas-mas (Bali)?

Tiba juga giliran si sulung saya itu. Saya tegang waktu dia maju dengan gayanya yang aneh (jalan sambil agak membungkuk dengan tangan terjuntai). Di depan panggung dia mulai terlihat agak cemas. Tetapi akhirnya dia bungkukkan juga badannya tanda hormat kepada penonton. Duduklah dia sambil bersidekap di hadapan piano baby grand itu. Dari samping, dia terlihat agak bingung dan berusaha menguasai diri. Saya anggukkan kepala saya kepadanya. Jari-jarinya ragu menyentuh tuts piano, saya sangaaat ciut saat itu. Biasanya kalau sedang demam panggung begitu, dia akan "ngaco-ngaco".

Beberapa detik kemudian, mengalunlah nada-nada yang sudah sangat familiar: Für Elise dimainkan. Saya belum bisa lega, karena lagu ini berdurasi 3 menit. Saya sangat harap-harap cemas. Saya takut.

Syukurlah. Segera dia merasa nyaman, bahkan sebentar-sebentar menatap penonton sambil jarinya terus memainkan lagu itu. Lalu, tiba-tiba selesailah tiga menit yang menegangkan itu. Für Elise-nya selesai, Joel! (Kamu bisa ganti lagu sekarang!) Dia bungkukkan badannya, dan turun sambil cengar-cengir. Anakku!

Saya terus tinggal hingga keseluruhan konser selesai. Persembahan para guru bagus sekali, sampai terharu saya karena mendapat kesempatan mendengarkan musik seindah itu. Ini pertama kali saya hadir di sebuah resital/konser resmi yang dimainkan oleh pemain musik yang sudah cukup advanced.

Ini foto bersama seluruh peserta sore itu.

Perasaan saya? Lega tentu. Fiuh.

2 comments :

  1. Wuihhhh.....terharuuu bacanya....merindingggg jugaaa, serasa ikut merasakan :) congrats Joel n Mama Devi, so proud of you both

    ReplyDelete