Thursday, August 29, 2013

Sushi Roll

Perjalanan saya dengan sushi cukup panjang.

Awalanya adalah dari pertemuan saya dengan seorang bernama Pampi, yang suka menraktir  saya makan di restoran Jepang kesukaannya. Walau terbeliak melihat harganya, lama kelamaan, saya yang ndeso dan udik ini mulai menyukai sushi. Sedikit demi sedikit, budaya Jepang lewat kulinernya ini saya resapi.

Lalu, setelah saya menikah dengan orang yang saya sebut di atas, anak-anak kami pun ternyata menyukai sushi. Terus terang, dengan tiga orang anak sering-sering jajan di restoran sushi (semurah meriah apa pun), kantong bisa jebol. Maka saya pun mencoba iseng-iseng bikin sendiri. Dari anak saya baru dua, hingga kini tiga, saya masih betah menggulung sushi untuk mereka. Baca di blog masak saya yang sudah uzur ini jika ingin melihat riwayat sushi-sushi saya yang pastinya masih jauh dari cantik. Sushi pertama saya sungguh kere, karena cuma berisi timun dan telur. :p

Sushi, mengutip wikipedia, adalah kata dalam bahasa Jepang kuno yang artinya "berasa masam". Memang, sushi ini tercipta berkat ide mengawetkan ikan mentah di dalam beras yang difermentasikan. Setelah disimpan cukup lama, baru ikan mentah hasil awetan itu dimakan, sementara berasnya dibuang.  Mungkin itu sebabnya sushi selalu dibuat dengan cuka beras, yang merupakan salah satu hasil fermentasi beras.

Tahu tidak, ternyata cikal bakal sushi ini adalah dari Asia Tenggara, yang kemudian diadopsi oleh orang Cina, dan kemudian terbawa ke Jepang. Daaaan, seperti biasa, orang Jepanglah yang memberikan sentuhan keindahan ke dalam suatu ide kuliner. Sama seperti telur kukus (steamed egg), makanan rumahan biasa yang asalnya kemungkinan dari Cina, oleh orang Jepang didandani, dirapikan, dimodifikasi, sehingga jadilah chawanmushi yang cantik dan rasanya elegan banget itu. :p


Sushi yang banyak dikenal oleh orang di luar Jepang itu jenis nasi gulung, yang sebenarnya hanyalah satu dari beberapa jenis sushi yang ada. Yang digulung ini disebut makizushi. Tidak semua sushi tampil bergulung, tidak semua sushi menggunakan nori -- ada yang dibungkus kulit tahu, asal nasinya menggunakan cuka beras dan sedikit manis, itulah dia sushi. Klik di sini untuk melihat jenis-jenis sushi.

Di Korea ada kimbap/gimbap, tetapi sepertinya secara filosofis mereka berbeda. Sushi Jepang lebih banyak bermain dengan bahan mentah, sementara kimbap lebih cenderung menggunakan bahan makanan yang sudah matang. Rasa nasinya juga beda. Nanti saya akan cerita sedikit tentang kimbap di posting selanjutnya, ya.

Sushi (kiri atas - bawah) & Kimbap (kanan atas)
Resep:
Nasi sushi lokal (shari wannabe)
beras khusus sushi itu harganya mahal, tak cucok di kantong saya. Warung-warung sushi yang saya tanya juga menjawab, "Beras dan ketan", jika saya tanya apakah mereka menggunakan sushi rice atau campuran beras dan ketan. Jadi baiklah, kita campur saja beras dengan ketan.
Komposisinya adalah 10:1 atau boleh juga 4:1. Saya lebih suka yang 10:1.

160gr beras bulir pendek
10-20 gr ketan

larutan cuka (pastikan gula dan garam larut dalam cuka)
1 1/2 sdm cuka beras (jangan pakai cuka dapur biasa, ya.. terlalu asam)
1/2 sdm gula
1/2 sdt garam

Begitu nasi tanak, aduk rata dengan larutan cuka. Boleh tambahkan biji wijen jika suka. Resep ini kira-kira akan menghasilkan 3 gulungan sushi.

Isi
kalo sushi asli Jepang, biasanya tak jauh-jauh dari ikan atau hasil laut lainnya, kebanyakan mentah. Tapi, ikan mentah susah terjamin kesegarannya. Maka, kita gunakan saja yang biasanya ada di rumah. Sushi saya selalu diisi dari timun, crabstick (ini sebenarnya dari daging ikan), telur dadar. Kadang-kadang saya isi salmon matang kalau sedang ada.
Catatan khusus untuk telur dadar, agar lebih autentik, berikan sedikit gula, shoyu dan bubuk dashi ke dalam larutan dadar, rasanya akan lebih njepangi. Kalau tidak ada, ya pasrah saja, anggaplah ini kearifan lokal kita.

Cara menggulung sushi banyak tersedia di internet, di youtube tak terhitung banyaknya. Jika masih ngotot ingin melihat keahlian gulung sushi saya yang biasa-biasa saja, cek di posting saya yang berjudul Kimbap.

No comments :

Post a Comment