Monday, January 6, 2014

Perkawinan di Solo

Sedianya, Solo akan kami jadikan tempat transit saja sebelum kami berangkat ke Malang. Mobil yang kami bawa dari Serpong, akan dititipkan di rumah keluarga Pampi di daerah Kerten.

Namun, ternyata pas ada undangan pernikahan kerabat dari pihak Ibuk (my mom in law). Resepsi pernikahan dilangsungkan di area Kraton Kasunanan Surakarta, di nDalem Purwohamidjayan - Baluwarti. Saya langsung bersemangat, karena selain akan melihat pernikahan dalam adat Jawa, saya dengar bahwa ini adalah resepsi piring terbang. Wah, ini baru buat saya. Mengapa piring terbang? Akan saya ceritakan nanti.

nDalem Purwohamidjayan. foto: Muh. Nasir
Karena terhitung kerabat, kami mendapat tempat persis di sebelah kiri panggung. Musik Jawa mengalun sepanjang acara, musik campur sari kalau tidak salah namanya.

Inilah kedua pengantin, duduk bersisian di pelaminan, didampingi orang tua/wali mereka. Waktu saya tiba, hanya pengantin perempuan yang ada di pelaminan. Entah di mana pengantin pria, yang saya tahu saat itu di tengah pendopo sedang terjadi semacam percakapan yang sepertinya diskenariokan, antara beberapa orang pria, dialog dalam bahasa Jawa tingkat tinggi. Entah apa yang diperbincangkan. Mungkin sedang rembukan. Lama pokoknya. Setelah itu, pengantin melakukan upacara sungkeman yang menyentuh. Ada tangis haru malam itu, orang tua yang melepas anaknya, dan anak yang minta restu dari orang tuanya. Semoga pintu silahturami selalu terjalin erat.


Bangunan kuno ini nampaknya bersejarah. Dahulu Purwohamijayan bernama nDalem Brotodiningratan, karena merupakan kediaman KPH Brotodiningrat - beliau adalah menantu Paku Buwono X yang bertugas sebagai bendahara negara di Kraton Kasunanan. nDalem itu kemudian beralih kepemilikan kepada Jend. Sudjono Hoemardani, besan PB XII, ayah R.M Djoko Maruto yang menikah dengan G.R.Ay Kris. Karena RM Djoko Maruto bergelar Purwohamijoyo, maka nama nDalem pun berubah menjadi nDalem Purwohamidjayan. Info yang saya baca dari situs ini.
  
Enaknya menghadiri resepsi di tempat terbuka adalah: bebas jalan-jalan hilir mudik. Bahkan ada penjaja balon yang segera saja jadi idola anak-anak. Saya pun terpaksa membelikan balon untuk Kimi dan Chloe, kalau tidak mereka akan terus merengek dan tentu akan mengganggu acara malam itu.

Hiu biru dan merah jambu milik Otniel si sepupu dan Chloe ikut meramaikan.
Joel dan patung pemanah
Patung gajah
Ini dia yang dimaksud dengan "piring terbang" itu. Jadi, bertolak belakang dengan resepsi berdiri yang sudah amat sangat jamak di zaman modern ini, ada yang merasa jengah dengan cara itu. Standing party dirasa tidak elok, karena orang hanya datang untuk salaman, makan, lalu pulang. Sementara, pada resepsi dengan cara lama ini, semua undangan ikut menyaksikan setiap prosesi, semuanya mendapat tempat duduk di pendopo yang luas ini. Gelas-gelas berisi teh manis sudah ditata di atas meja-meja kecil yang ditempatkan di tengah tiap beberapa deretan kursi. Sebentar-sebentar pramusaji akan menghidangkan makanan, baik kudapan maupun makanan utama, yang mereka bawa dalam sebuah baki. Piring-piring yang mereka bawa itu nampaknya yang membuat resepsi seperti ini disebut resepsi piring terbang. Mereka bergerak sangat cepat seolah kejar setoran, malam itu paling tidak ada dua kali kejadian pramusaji memecahkan piring-piring yang mereka bawa. Ada kue lapis, risoles, sup bakso, menu penutupnya adalah Selat Solo yang rasanya tidak mengecewakan. Menarik, karena nasi tidak dihidangkan malam itu.

Para pramusaji yang selalu bergerak cepat seperti sedang kejar setoran
Para undangan tinggal duduk dan makanan pun datang menghampiri
Kayaknya enak, nih. Pengen ngambil satu tapi malu.
Lalu, diumumkanlah bahwa tembang mocopat akan dilantunkan. Tampillah sepasang penari. Luwes sekali. Saya kurang tahu ini tari apa. Tarian ini adalah penutup dari rangkaian prosesi malam itu.
Para undangan dihibur oleh sepasang penari. Ini adalah akhir dari resepsi.
Sungguh malam yang menarik. Sayang sekali saya nyaris tidak mengerti apa yang sedang terjadi, karena minimnya pengetahuan bahasa Jawa krama saya.

Setelah berpamitan, kami segera bergegas ke Stasiun Balapan, karena kode reservasi harus ditukar dengan tiket. Pukul 21 lewat, kami "check-in", dan pulang dengan terburu-buru ke rumah keluarga  di Kerten, beristirahat sebentar sambil menunggu jemputan taksi membawa kami ke stasiun nanti malam. Jadwal berangkat kereta adalah pukul 23.10.

Good night!

No comments :

Post a Comment