Sudah lama tidak mengkinikan blog ini, saya datang lagi. Tarrraaa....
Banyak yang terjadi dalam beberapa bulan ini. Anak-anak saya bersekolah, ketiga-tiganya, dan saya kini punya kehidupan baru selain jadi ibu, istri, dan Devi, yaitu: jadi guru.
Ya, itu memang artinya saya resmi tidak punya homeschooler lagi, bahkan si bungsu yang baru berumur tiga tahun.
Sebagai informasi, saya belum pernah punya anak yang bersekolah di TK, kedua anak yang besar saya tahan di rumah hingga berusia 6 tahun. Jadi, inilah pertama kalinya saya harus mengalami melepaskan anak yang masih kecil kepada orang lain.
Selama minggu pertama, si bungsu menangis tiap kali ke sekolah (sekolahnya tiga kali seminggu). Menangisnya heboh, dan penuh drama. ;) Namun setelah minggu ketiga, semuanya lancar. No more tears.
Si Tengah yang juga pertama kalinya menjadi siswa sekolah, ternyata sangat menyukai sekolahnya. Setiap pagi selalu bangun dengan semangat, dan selalu punya cerita untuk saya tentang teman-temannya.
Si Sulung juga jauh lebih tenang dan kooperatif sekarang, mungkin karena sekolah kini menjadi tempat yang sungguh nyaman dan familiar baginya, mama, dan kedua adiknya ada di sana, sehingga terasa seperti di rumah saja. Everyone is there. ;)
Saya sendiri? Oh. Baru saja saya lewatkan satu bulan pertama. Penuh derita. Siapa bilang jadi guru gampang? A lot of work! Pekerjaannya jauh lebih melelahkan ketimbang waktu saya jadi karyawan kantoran. Mungkin karena bidang studinya juga: matematika dan science. Science khususnya. Saya mengajar untuk kelas 3 dan kelas 5, materi kelas 5 ini tak kalah ngejelimet dibanding pelajaran Biologi saya waktu SMA. Dan, saya harus bisa menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak berusia 11 tahun, dan dalam bahasa yang bukan bahasa ibu saya. Lots of work.
Lalu, kenapa mau jadi guru? Saya sendiri pun kini bertanya-tanya, kenapa. Bukankah hidup saya sebelumnya sudah nyaman. Ya, saya memang seperti orang yang dengan sadar melemparkan diri ke dalam pencobaan. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan dengan bayaran besar. Pekerjaan lepas saya yang lain mendatangkan lebih banyak uang ketimbang mengajar. Pekerjaan lepas itu tidak pernah mendikte, saya yang menentukan kapan bekerja dan kapan tidak, saya yang mengatur, kini saya yang diatur. Pekerjaan guru ini amat menuntut, dan tanggung jawabnya besar: anak orang lain.
Jadi kenapa? Karena saya ingin keluar dari zona yang terlalu nyaman itu! Saya sadar zona nyaman telah melenakan saya sedemikian rupa. Dengan keluar dari zona nyaman, saya mendorong diri ke level yang lebih tinggi dan jadi lebih gape dalam mengatur diri.
Dengan ketiadaan asisten (selain cuci gosok), menjadi ibu bagi ketiga anak, dan menjadi guru matematika dan sains ini sungguh menantang. Dari pagi saya sudah harus mengatur konsumsi mereka, baik sarapan, makanan ringan, hingga makan siang untuk ketiganya. Belum lagi selera yang berbeda, harus pintar-pintar mengakalinya. Untuk masalah makanan ini, saya banyak kompromi, saya jadi jarang masak.
Namun, saya masih bertahan hingga hari ini. Walaupun rasanya saya ingin menyerah, khususnya sains. Saya harus membaca banyak referensi lagi. Banyak.
Yah, saya masih bertahan. Saya ingin melihat sejauh mana kekuatan saya. Kita lihat saja. ;)
Friday, September 5, 2014
Hidupku Kini: Menyeimbangkan Sana dan Sini
Labels:
activities
,
cerita
,
mom
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Our sponsors
Labels
9S10A
(
1
)
activities
(
5
)
art
(
3
)
asisten oh asisten
(
1
)
bible
(
2
)
compost art
(
4
)
dear hubby
(
2
)
devotion
(
1
)
digiscrap
(
1
)
Family
(
2
)
fiksi
(
9
)
fiksiku
(
2
)
film
(
1
)
Fred Rogers
(
1
)
freebie
(
6
)
home-ed
(
3
)
hubby
(
2
)
humaniora
(
3
)
inspiration
(
2
)
inspiring person
(
2
)
introduction
(
3
)
kids
(
6
)
mancillus
(
6
)
MFW
(
3
)
mom
(
4
)
outdoor
(
1
)
personal growth
(
2
)
photoshop
(
1
)
poem
(
1
)
resep
(
6
)
review
(
1
)
SAHM
(
1
)
tahun pertama
(
3
)
thought
(
5
)
translation
(
1
)
tutorial
(
1
)
underthesun
(
2
)
waste
(
4
)
Popular Posts
-
Tema khotbah hari ini sungguh menggetarkan. Finishing well. Pak Sumarno Kosasih membuka khotbahnya dengan mengutip penelitian, Dr. J. Rob...
-
Pagi ini saat bersaat teduh (saya menggunakan Celebration trough Stewardship bible reading plan) dari Mazmur 66, saya mendapat sebuah pema...
-
Namanya Terry. Perawakannya yang mungil memudahkannya gesit berlari ke sana- ke sini. Awalnya saya tertipu dengan wajahnya yang ke”bule-bule...
-
[peringatan: posting ini panjang dan berbau curhat] :p Saya ini sangat suka menelusuri masalah-masalah yang timbul akibat proses translite...
-
“We live in a world in which we need to share responsibility. It's easy to say ‘It's not my child, not my community, not my world, ...
-
Gako gagak berbulu hitam legam. Matanya hitam, paruhnya hitam, cakarnya hitam. Suaranya pun besar dan sumbang. Semua padanya terasa seram. ...
-
Jumat, 28 November 2014, kami sekeluarga tergopoh-gopoh berangkat naik Innova sewaan menuju airport Sukarno-Hatta. Kami akan berangkat ke S...
-
Dini hari, 22 Desember 2013 Selepas pukul 4.30 pagi, setelah mengatasi semuanya tanpa kericuhan -- koper, oleh-oleh, hadiah m...
-
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelum ini. MFW bukanlah kurikulum yang bertumpu pada worksheet. Berikut ini contoh kegiata...
Blog Archive
Powered by Blogger.
No comments :
Post a Comment