Friday, January 30, 2015

Kita Bertemu Lagi, iSport!

Jumat, 28 November 2014, kami sekeluarga tergopoh-gopoh berangkat naik Innova sewaan menuju airport Sukarno-Hatta. Kami akan berangkat ke Sydney hari itu, transit satu kali di Kuala Lumpur.
Namun kisah ini bukan tentang perjalanan kami, melainkan tentang si stroller biru-hitam ini.


Perkenalkan, ini adalah sebuah alat pemindah balita. Mereknya CocoLatte, namanya iSport. Saya pinjam dari sahabat saya Isma. Tujuan meminjamnya adalah karena saya dan Pampi sudah memperhitungkan kesanggupan lengan kami berdua, rasanya tak mungkin terus-terusan ditimpa oleh dua makhluk kecil yang masih sering minta gendong, apalagi si bungsu saat tak kuasa menahan kantuk. iSport ini pun dipinjamlah, tepat beberapa hari sebelum berangkat.

The iSport
Ada satu ciri menonjol pada stroller ini, sebuah label tanda kepemilikan. Ya, iSport ini milik seorang gadis kecil manis bernama Flicka Miracle Simarmata.

nama di bagian lengan
Malam itu, pesawat kami mendapat penundaan. Seharusnya berangkat pukul 17 lewat, diundur ke pukul 18-an. Penundaan satu jam ini membuat satu akibat, waktu transit kami semakin berkurang. Saya sudah membayangkan, begitu sampai Kuala Lumpur International Airport (KLIA), saya akan terbirit-birit menuju gate pemberangkatan ke Sydney, karena kami memang ganti pesawat, meski masih dari satu grup maskapai yang sama Air Asia.

Saat kami akan naik pesawat, stroller ini diminta oleh petugas darat yang sedang bertugas di bawah pesawat. Memang begitu prosedurnya. Malah, dalam kondisi normal tanpa transit, seharusnya stroller ini ikut masuk bagasi. Biasanya jika kejadiannya seperti ini (diambil saat hendak naik pesawat), alat dorong seperti stroller bayi, kursi roda, akan disimpan oleh petugas, dan akan disiapkan tepat di pintu keluar jika menggunakan garbarata atau di bawah tangga jika tanpa garbarata.

Sesampainya di KLIA, stroller itu tidak ada! Hanya ada satu awak kabin yang menyambut kami di pintu keluar, dia tampak terburu-buru. Saat ditanyakan, jawabannya, cek di conveyor belt. Nah, lho! Pesawat ke Sydney akan berangkat tak lama lagi. Bagaimana cara kami cek di belt? Saya sempat gusar, resah, karena ini barang pinjaman. Petugas airport mempersilakan saya jika ingin mengambilnya, tapi lokasinya sangat jauh, tak akan cukup waktu untuk melakukannya. Dengan amat berat hati, dengan sangat masygul, saya tinggalkan stroller itu. Maka, meluncur dari bibir saya terucap, sorry, Isma, akan kami ganti saja. Maaf banget!

Walau sudah berusaha untuk secepat mungkin, membawa tiga orang anak dengan satu balita berpindah gate, adalah tidak mudah. Gate yang kami tuju sangat jauuuuuh. Kimi beberapa kali terlepas sandalnya. Akhirnya dia digendong saja, dan bersama-sama kami terbirit tunggang langgang. Benar saja. Saat tiba di gate, sudah panggilan terakhir. Petugas tak lagi jeli memeriksa kami. Tas saya yang berisi gunting kuku kecil yang lupa saya keluarkan beberapa kali membuat detektor logam menyalak. Tapi, entah kenapa, kami lolos sejauh ini. Mungkin karena tiga bocah kecil ini.

Pikiran akan stroller ini terus  mengganggu saya, meski sudah duduk nyaman di dalam pesawat Air Asia X yang akan membawa kami kembali melintasi Indonesia untuk menuju Sydney di timur Australia sana. Terus membayangi saya, bahkan saat sudah sampai di bandara Kingsford. Hingga akhirnya, di suatu malam yang dingin di Albury, negara bagian New South Wales, menggunakan wi-fi gratis dari penginapan, saya kirimkan permintaan tolong kepada Air Asia untuk mencarikan stroller ini, saya berikan detilnya, merk, warna dan label nama. Tunggu minimal 3-7 hari kerja, kata system. Baiklah, saya tunggu.

Saat di Melbourne, belum ada balasan. Sampai kami meninggalkan Australia lewat Melbourne, belum ada kabar.

Hingga......

"Tadi Air Asia telepon. Stroller-nya ketemu, tuh. Mereka tanya mau dikirim ke Sydney atau ke Indonesia. Aku bilang ke Indonesia."

Fiuh, leganya. Ada titik terang.

Beberapa minggu lewat tanpa kabar. Saya mulai gelisah, karena saya belum cerita apa-apa ke Isma. Rasanya tak sanggup menceritakannya. Tak sampai hati, karena mungkin stroller ini bersejarah. Saya masih berharap bisa menemukan si iSport kembali.

Tak sabar menunggu telepon, saya datangi langsung bagian lost and found Air Asia yang berada di tempat tersembunyi. Singkat cerita, stroller itu tidak ada di gudang mereka. Saya sempat senang waktu melihat ada sebuah stroller iSport di lemari penyimpanannya. Tapi tidak ada label namanya, warnanya juga beda.

"Bukan, Bu. Ini punya kami (penerbangan lokal). Dari Bandung."

Harapan saya kempis. Namun petugas yang baik hati itu membantu saya membuatkan tiket. Kali ini lengkap dengan nomor keluhan. Setelah itu, saya tinggal menunggu.

Seminggu kemudian, kabar gembira itu pun datang. Stroller ini sudah berada di gudang lost and found Air Asia. Saya senang sekali!

Dan, inilah, saya sudah bisa reuni lagi dengan iSport yang perjalanannya hanya sampai Kuala Lumpur. Maaf ya, Sport! Maaf sudah membuatmu berputar-putar sendiri di belt seperti tak bertuan. Tadinya kami mau ajak kamu ke Sydney, tapi ternyata nasibmu cuma sampai KLIA. Setelah ini, kamu akan saya kembalikan ke pemilikmu yang sesungguhnya. Semoga kamu menikmati jalan-jalanmu, ya! Paling tidak sudah muter-muter di conveyor belt, kan!

Security Check - KLIA

No comments :

Post a Comment