Wednesday, December 12, 2012

Fred Rogers: Hidup adalah Untuk Melayani

“We live in a world in which we need to share responsibility. It's easy to say ‘It's not my child, not my community, not my world, not my problem.’ Then there are those who see the need and respond. I consider those people my heroes.” -Fred Rogers
Maukah kamu jadi tetanggaku? Begitu selalu Fred Rogers membuka acaranya "Mr. Rogers' Neighborhood", acara terpanjang dalam sejarah PBS, yang ditayangkan lebih dari tiga puluh tahun (1968-2001) di saluran telivisi publik Amerika Serikat ini. Kini, setelah Fred Rogers meninggal karena kanker perut di tahun 2003, acara ini kadang masih tayang rerun-nya di beberapa channel PBS. Acaranya sederhana, tidak ada teknologi canggih semisal animasi sekali pun. Mr. Rogers selalu tampil apa adanya, sebagai dirinya sendiri, genuine dan honest, seperti yang dia katakan, "Pemberian terbaik kita untuk sesama adalah diri kita yang apa adanya."
Tahun 1969, presiden Richard Nixon berniat memotong anggaran subsidi untuk televisi publik. Fred McFeelly Rogers, menghadap DPR-nya US untuk memperjuangkan anggaran ini. Cara berbicaranya yang pelan, lembut, sempat agak diremehkan oleh John O. Pastore, Ketua Subkomisi Komunikasi. Namun, dalam enam menit, Pastore jelas terlihat sangat terkesan dan terpikat oleh penjelasan Fred Rogers, yang sampai hari ini diakui sebagai salah satu tokoh pendidik USA yang berpengaruh. Bahkan Pastore berkata, "Saya sampai merinding, pertama kalinya dalam dua hari ini"
Cuplikan pembelaan Mr. Rogers yang sungguh menggetarkan hati:
"$6,000 pays for less than two minutes of cartoons. Two minutes of animated, what I sometimes say, bombardment. I’m very much concerned, as I know you are, about what’s being delivered to our children in this country. And I’ve worked in the field of child development for six years now, trying to understand the inner needs of children. We deal with such things as—as the inner drama of childhood. We don't have to bop somebody over the head to ... make drama on the screen."
Hari itu, PBS, sebuah saluran telivisi non-profit yang dimiliki oleh beberapa negara bagian US,  mendapatkan jaminan kembali atas subsidinya.
Tahun 1976, Sony lewat produknya Betamax digugat oleh Universal Studios dan Walt Disney Production, karena dianggap mendukung pelanggaran hak cipta. Hakim memutuskan bahwa merekam acara televisi untuk 'time-shifting' bukan pelanggaran hak cipta. Universal tidak puas dan meneruskan gugatannya. Tahun 1983, Sony sekali lagi harus menghadapi sidang gugatan oleh Universal Studios.  Mr. Rogers memberikan kesaksiannya dan dikutip oleh Supreme Court. Sekali lagi Sony Corporation of America memenangkan kasus ini.
“I have always felt that with the advent of all of this new technology that allows people to tape the ‘Neighborhood’ off-the-air … they then become much more active in the programming of their family’s television life. Very frankly, I am opposed to people being programmed by others. My whole approach in broadcasting has always been ‘You are an important person just the way you are. You can make healthy decisions’ … I just feel that anything that allows a person to be more active in the control of his or her life, in a healthy way, is important.”

Awalnya Karena Benci
Suatu hari, di rumah orangtuanya, Fred yang sedang libur Paskah dari kuliahnya sebagai mahasiswa senior jurusan komposisi musik di Rollins - Florida, menonton acara anak-anak di televisi yang dinilainya sangat buruk, kosong dan tidak mendidik. Dikatakan olehnya, tokoh-tokoh di acara itu saling  melempar pie (Tom & Jerry sudah ada belum ya di awal penemuan televisi?).
Segera disadarinya betapa besar potensi media yang masih relatif baru ini untuk kebaikan anak-anak, mendidik dan menolong mereka. Fred yang tadinya berniat masuk seminari selulusnya dari Rollins, memutuskan untuk masuk ke dalam dunia televisi. Dalam wawancaranya dengan CNN, Fred menyatakan: "I went into television because I hated it so, and I thought there's some way of using this fabulous instrument to nurture those who would watch and listen." (Ini mengingatkan saya pada statement Basuki Tjahja Purnama/Ahok; untuk mengubah sistem kita harus masuk dalam sistem.)
Berkat latar belakang pendidikan musiknya, Rogers  menemukan jalan masuk ke televisi. Tahun 1951, ia direkrut oleh NBC New York untuk menangani acara musik, termasuk acara anak-anak. Rogers tidak sreg dengan kehadiran iklan untuk acara anak-anak, maka ia pun mengundurkan dari dari NBC dan pulang kampung ke Pennsylvania, bergabung dengan QWED, sebuah televisi komunitas yang baru saja dirintis. Awalnya tidak sedikit yang menyayangkan keputusannya, karena menurut mereka Rogers punya karir yang bagus di kota besar seperti New York ini. Di QWED, sekitar tujuh tahun lamanya Rogers menjadi tokoh di balik layar membantu Jossie Carey mengembangkan program Children's Corner, antara lain menulis naskah, menjadi puppeteer, songwriter, dan lain-lain. Beberapa tokoh boneka, lagu yang digunakan di dalam Mr. Roger's Neighborhood lahir di Children's Corner ini.
Pada masa ini, sambil tetap bekerja, Rogers mengambil kuliah teologi di sebuah sekolah teologi di Pittsburgh. Namun, walau telah ditahbiskan oleh gereja presbiterian, Rogers yang memang tidak tertarik menjadi pengkhotbah, diutus untuk melanjutkan karyanya di program televisi anak-anak.
Rogers banyak bertemu dan bekerja sama dengan para profesional pemerhati anak, para pendidik yang membantu membuka wawasannya tentang anak-anak dan bahkan menjadi konsultan dan mentornya. Rogers bahkan  mengambil kuliah lagi tentang Child Development and Child Care di Universitas Pittsburgh, agar dapat menghasilkan karya yang tidak asal-asalan, punya dasar, tidak hanya baik tetapi juga harus memenuhi standar tertinggi yang bisa dicapai, standar yang Rogers jaga sangat ketat dalam pelayanannya di dunia pertelevisian ini.
Mr. Rogers' Neighborhood Rogers bersama istrinya Joanne, sempat pindah ke Toronto, Canada, karena mendapat tawaran dari Canadian Broadcast Corporation (CBC).
Di sanalah Mr. Rogers mendapat kesempatan perdana tampil di televisi, bukan lagi menjadi orang di balik layar, melalui debutnya, sebuah show bertajuk "Misterogers". Acara inilah yang menjadi cikal bakal "Mr. Rogers' Neigborhood" yang tayang di PBS beberapa tahun kemudian.
Hanya beberapa tahun di Canada, Fred dan Joanne Rogers memutuskan untuk kembali ke Pittsburgh dan membesarkan kedua anak laki-laki mereka yang masih kecil di sana. Setelah memperoleh hak atas Misterogers, Fred Rogers membuat acara dengan konsep dan style yang serupa di PBS.
Dua tahun dipersiapkan, tahun 1968, untuk pertama kalinya Mr. Rogers' Neighborhood tayang di PBS. Dari sebuah episode, berlanjut hingga lebih dari 900 episode, selama 33 tahun. Dari tahun 1968-2001, Fred lewat acara berdurasi 28 menit ini telah menemani, mengasuh, dan mendidik anak-anak Amerika, termasuk saat perang Irak yang mencekam.
Mister Rogers' Neighborhood dikenang sebagai acara anak-anak yang sederhana dan lembut. Openingnya selalu sama, maket lingkungan tempat tinggal Mr. Rogers, lalu lewatlah sebuah lori merah menyusuri jalan-jalan di lingkungan itu. Lori ini yang nanti kana 'membawa' penonton ke sebuah tempat khayalan yang disebut "The Neighborhoods of Make-Believe." (Fred secara jelas memisahkan antara dunia nyata dengan dunia khayalan, tidak mencampuradukkannya seperti The Muppet Show misalnya.)
Lalu tampillah Fred Rogers yang baru saja masuk ke dalam rumahnya, menyapa penonton ciliknya, mengganti jas kerja dengan sweater merahnya yang legendaris, mengganti sepatu kerja dengan sepatu rumahnya, sambil terus bicara, tentang berbagai hal. Setelah itu Mr. Rogers akan mengajak anak-anak mengikuti aktivitasnya. Di bagian akhir, Fred akan menyanyikan lagu "It's Such a Good Feeling" dan melakukan kebalikan dari yang dilakukannya di bagian opening.
Di akhir lagu, Fred selalu mengingatkan pemirsanya, "Kamu selalu membuat sebuah hari jadi istimewa. Kamu tahu bagaimana caranya: Dengan menjadi dirimu sendiri. Hanya ada satu orang di dunia ini yang seperti kamu, kamulah orang itu. Dan, orang-orang dapat menyukaimu, apa adanya kamu." Lalu dia berjalan keluar dan pamit, "Aku akan kembali lagi lain kali. Bye-bye!"
Fred menggunakan sapaan Mr. Rogers untuk dirinya, bukan Fred. Dia juga tidak berakting, tidak sedang memerankan orang lain, dirinyalah yang dia tampilkan di situ. Semua yang pernah bertemu dengannya tahu, Mr. Rogers yang mereka temui tidak berbeda sedikit pun dengan Mr. Rogers yang mereka lihat di telivisi. Salah satu quote-nya yang terkenal adalah, "One of the greatest gifts you can give anybody is the gift of your honest self. I also believe that kids can spot a phony a mile away."
Banyak topik yang telah dibahas di dalam acara ini, bahkan topik-topik yang biasa dihindari acara anak-anak lainnya. Kematian binatang peliharaan misalnya, atau tentang perceraian, perang, bahkan hal sesederhana ketakutan anak-anak dengan bath tub. Salah satu topik yang dibahas adalah tentang manajemen amarah. Mr. Rogers mengajak anak-anak untuk mencari cara damai saat menangani amarah mereka. Coba simak lagu What Do You Do With The Mad You Feel ini.
Jeff Erlanger
Tahun 1980, Jeff Erlanger yang berusia 10 tahun diundang untuk mengunjungi setting syuting Mr. Rogers' Neighborhood. Dia adalah seorang penyandang quadriplegic, yang harus selalu ditopang kursi roda untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
Jeff, seorang anak yang ceria dan percaya diri, tertawa dan bernyanyi bersama Mr. Rogers dalam episode ini. Kursi roda elektrik Jeff bahkan mereka sebut "fancy chair". Perbincangan mereka begitu tulus, hangat, penuh respek satu sama lain, sekaligus mengharukan, khususnya saat Mr. Rogers menyanyikan lagu, "It's You I Like" ke Jeff. Mr. Rogers selalu menyebut inilah episode yang paling berkesan baginya.
Saat ditanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk taping sesi berdurasi 10 menit itu, Jeff menjawab "10 menit". Tidak ada retake, Mr. Rogers ingin percakapan mereka natural, apa adanya, seperti dua teman lama.
Pertemuan mereka bertahun-tahun kemudian adalah ketika Jeff dewasa hadir saat Fred Rogers menerima penghargaan TV Hall of Fame, hadir di panggung sebagai kejutan, menceritakan kesannya tentang tokoh yang banyak dicintai publik Amerika ini. Mr. Rogers langsung berdiri dan menghampiri Jeff di panggung dan menyapanya ramah.

Jeff aktif dalam dunia politik, memperjuangkan persamaan hak untuk difabel. Erlanger meninggal pada usia 36 tahun akibat tersedak makanan.
Farewell, Neighbor
Tetangga yang baik ini akhirnya meninggal pada usia 74, 27 Februari 2003, akibat kanker perut yang dideritanya, meninggalkan istri dan kedua anak laki-laki beserta dua orang cucu laki-lakinya.

CBS memuat berita tentang kematian seorang Rogers yang telah selama tiga puluh tahun lebih menyapa pemirsa ciliknya, menenangkan mereka, mengajak mereka bicara, menjelaskan kepada mereka tentang kehidupan, mengambil peran orang dewasa yang mengasuh, yang sudah banyak ditinggalkan oleh publik telivisi zaman ini.
Koran lokal Pittsburgh, Post Gazette, memuat tentang Fred Rogers di dalam koran mereka secara menyeluruh keesokan harinya, juga menurunkan berita tentang pemakamannya beberapa waktu kemudian. Banyak tamu istimewa datang hari itu khusus terbang ke Pittsburgh untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pria santu ini, salah satunya adalah teman lama Fred, Jeff Erlanger.
Selama hidupnya, Mr Rogers adalah seorang vegetarian, yang secara teratur berenang setiap pagi, dan hidup sangat disiplin menjalani jadwal yang telah dibuatnya.
Fred Rogers juga telah mendapat banyak penghargaan semasa hidupnya, baik dari industri pertelivisian, 4 kali Emmy Award dan juga Lifetime Achievement Award tahun 1997 maupun penghargaan Presidensial Medal of Freedom, yang diberikan kepadanya oleh President George W. Bush atas jasanya mendidik anak-anak AS selama ini. Masih banyak penghargaan lain yang dia terima, link ini akan menjelaskan lebih banyak.
Tiga puluh tiga tahun tentu bukan waktu yang pendek untuk sebuah acara televisi. Publik Amerika mengenangnya sebagai orang baik, lembut, dan santun. Nilai-nilai kehidupan yang dibagikan oleh pria yang dianggap sebagai salah satu pahlawan Amerika Serikat ini sedikit banyak pasti telah tertanam di benak anak-anak Amerika, yang mungkin saja bernilai kekal, mereka bawa sampai mereka dewasa. Coba saja tengok video-videonya di Youtube, komen-komen yang ditinggalkan di sana oleh para penggemarnya sangat menggambarkan hal itu. Kenangan mereka akan Mr. Rogers yang telah menemani mereka semasa kecil, menenangkan mereka saat menghadapi situasi keluarga yang tidak mengenakkan, pertengkaran orangtua, dan lain-lain, tertulis jelas di situ.
"Life is for service" demikian tulisan di dalam pigura yang tergantung di ruang kerjanya, adalah salah satu dari banyak quote-nya yang terkenal. Demikianlah Rogers memaknai hidupnya dengan ketulusan. Melayani, melayani dan melayani.
Mungkin itulah yang membuat tanpa ragu, Jeff Erlanger hari itu berkata dengan lantang pada ibadah pemakaman Mr Rogers di Heinz Hall, Mei 2003: "It's you, Fred, that I like."
Referensi tambahan: Mr. Rogers saat diwawancara oleh emmytvlegends.org

No comments :

Post a Comment