Tuesday, December 9, 2014

Perjalanan ke Timur: Berangkat!

Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkannya dari pada kita pelanggaran kita. (Mazmur 103: 12)

As far as the east is from the west, So far has He removed our transgressions from us.

Di manakah Timur, di manakah Barat?
Di manakah timur, di manakah barat?
Timur dan Barat tak berkutub, tak ada yang tahu di titik mana mereka terpisah
Timur dan Barat tak akan pernah bertemu
Demikianlah Tuhan berjanji menjauhkan kita dari pelanggaran kita.
Seperti jauhnya timur dari barat,
---------------------------------------------------------------------------------

Yak! Penantian yang diselingi berbagai interupsi itu usai juga. Kami berangkat!
Hari itu Joel masih menghadiri acara ulang tahun teman sekolahnya, sementara saya masih terus berjuang menyelesaikan komentar untuk rapor murid-murid saya.
Penerbangan kami tertunda sekitar 1 jam, karena cuaca kurang baik, pesawat dari Singapore terlambat datang. Anak-anak mulai lapar.
Ada satu kesalahan yang kami buat hari itu, lupa menyediakan makanan untuk bocah-bocah. Waktu tiket dibeli, jadwal penerbangan adalah 16.35 WIB dengan waktu ketibaan sesuai waktu Malaysia adalah 19:35. Nah, atas pertimbangan itu kami berencana makan malam di KUL saja. Tapi, beberapa minggu sebelum berangkat, kami mendapat kabar bahwa penerbangan 16.35 dialihkan ke pukul 18.50. Siapa duga, penerbangan yang dialihkan ini mengalami delay, sehingga kami baru benar-benar berangkat pukul 19:55
Di sini akar masalahnya. Saya tidak ngeh kalau penerbangan ini adalah penerbangan menjelang malam, dan dengan jeda yang teramat sempit ke penerbangan lanjutan ke SYD, tidak mungkin kami sempat makan di airport Kuala Lumpur seperti rencana semula. Untungnya petugas mengizinkan kami keluar untuk membeli cemilan. Pastel a la Malaysia alias karipap menjadi penyelamat malam itu.

Terbang juga
Data pesawat: Indonesia Air Asia QZ 206, A320, 2 jam. ETA: 23:55 MYT

Saat boarding, stroller diminta oleh seorang kru darat untuk dimasukkan ke bagasi. Stroller ini saya pinjam khusus dari seorang teman untuk memudahkan acara jalan-jalan di Aussie nanti. Kelak, stroller ini akan menjadi salah satu masalah bagi kami. Baca saja terus. ;)

Karena kami berlima, tentu tidak bisa duduk bareng. Pengaturannya adalah Kimi akan duduk dengan Papa, saya dengan kedua kakaknya untuk jarak dekat CGK-KUL, dan nanti untuk jarak jauh KUL-SYD, Kimi duduk dengan saya.

Bagi Joel dan Chloe, ini adalah perjalanan pertama mereka ke luar negeri. Dan, bagi mereka semua, ini juga penerbangan jauh pertama mereka.

Formasi yang benar

Sampai di KUL, kami kebingungan karena tidak mendapati stroller di depan pintu pesawat. Ternyata, stroller ditaruh di conveyor belt seperti bagasi biasa, dan tempatnya jauh. Gawat. Padahal sudah ada panggilan boarding untuk penerbangan lanjutan terpampang di layar. Tak ada jalan lain, stroller pinjaman itu dengan amat berat hati harus ditinggal di KUL. Sorry, Isma! Semoga ada jalan untuk bertemu dengannya lagi.
Sambil berlari-lari heboh karena gate-nya jauuuuuh sekali, sesekali berbalik untuk membantu Kimi yang beberapa kali terjatuh mengejar kami, dan akhirnya kami putuskan untuk menggendongnya saja, kami akhirnya sampai juga. Kasihan juga melihat ada penumpang yang sudah cukup sepuh dengan susah payah berusaha mencapai gate tersebut.
Nah, pas kami sampai, sudah last call. Kebayang kan, kalau tadi saya nekad ambil stroller dulu? Bisa-bisa ditinggal pesawat.

Terbang lagi
Data pesawat: Airasia X, D7222, A330-300, 8 jam ETA: 10.45 waktu Sydney
Sedikit komen tentang pesawat milik Airasia X yang kami naiki ini: gres! Masih baru banget. Karena tidak begitu konsen akibat memikirkan stroller yang terpaksa ditinggal, saya lupa format duduk seharusnya. Jadilah saya berdua dengan Chloe, sementara cowok-cowok duduk di satu baris. Saya sudah membawa beberapa lembar kertas untuk aktivitas anak-anak ini. Chloe sibuk mewarnai, mengerjakan word search, dan lain-lain hingga dia mengantuk. Masalah timbul saat Kimi mengantuk, dia ingin dengan saya. Untungnya sang Papa mampu menjinakkannya.
Good morning, Kimi
Di sebelah saya, penumpang dari Inggris (dari mana saya tahu? Tentu saja hasil mengintip formulirnya!) sudah mengambil sarapan yang telah dipesan sebelumnya. Saya belum ingin, karena baru pukul 1.00 WIB. Terlalu awal untuk sarapan.
Waktu berlalu, pagi di timur pun tiba. Dari gulita menjadi benderang. Jam tangan saya menunjukkan pukul 5.00 WIB. Sekarang saya mau sarapan.

Selamat pagi, Joel, yang semalaman tidak bisa tidur...
Dalam perjalanan ini, selain form wajib imigrasi, kami juga harus mengisi form pernyataan bahwa kami tidak mengunjungi Afrika dalam beberapa bulan terakhir. Ebola sedang menjadi salah satu perhatian dunia, Australia pun termasuk yang khawatir. (Indonesia, seperti biasa, tidak khawatir dengan penyakit apa pun, soalnya tidak perlu isi form seperti itu waktu kembali ke tanah air).

hampir touch down Kingsford 

Selamat datang di Kingsford Airport of Sydney!
Pilih-pilih buku petunjuk untuk turis dalam beberapa bahasa 
Mesin imigrasi otomatis, untuk pemegang paspor Aussie 

Seperti ini mesinnya. Indonesia juga sudah punya.
Bersama buanyaak penumpang dari macam-macam penerbangan, kami antri di imigrasi. Seorang petugas yang ramah mengarahkan kami. Di samping counter kami, seorang petugas tampak kebingungan menangani seorang ibu Asia sepuh berkursi roda.
"Is there any of you speak Cambodian?" teriak petugas itu. Aha. Language barrier. Sementar itu sang ibu tua menggeleng-gelengkan kepalanya. Semoga semua berakhir baik baginya.

Biosecurity
Australia terkenal 'rewel' dengan barang-barang yang masuk, khususnya produk-produk pertanian/peternakan yang dapat mengancam produk mereka.
Setelah lewat imigrasi, kami kini berhadapan dengan bagian karantina. Petugas khusus di bagian ini berambut pirang dan bertubuh pendek. Wajahnya lucu dan menggemaskan. Dia mengenakan pakaian merah dengan tulisan Biosecurity. Saya mendengar rekannya memanggilnya "Sunny". Dia mengendus setiap tas dengan seksama. Dia berhenti lama di tas orang di depan saya. Lalu balik ke tas saya. Balik ke tas orang itu lagi. 
"Who is it? Which one, Sunny?" kata rekannya. "Good boy," kata si rekan sambil menjejalkan makanan ke mulut Sunny. Sudah tahu dong, siapakah Sunny si pirang?
Orang di depan saya akhirnya diambil tasnya oleh petugas lain. Untunglah tidak ada apa-apa. Tas saya pun dipertanyakan. "We had food in it before." Petugas tak bertanya macam-macam lagi, saya pun diloloskan. Phew.

Segera kami bertemu dengan sahabat kami Sun An, yang sudah begitu baik hatinya menjemput dan membawa kami ke apartemennya agar kami beristirahat, karena kami baru bisa check-in setelah pukul 14.00.
Demikianlah ceritanya. Kami sudah tiba di Sydney. 

No comments :

Post a Comment