Thursday, December 11, 2014

Sydney: Jumpa Pertama

Sudah di Sydney. Kami tiba pukul 10.45 waktu setempat. Atas kebaikan sahabat kami keluarga Ouw, Sun An, Lyly, dan Abigail anak mereka, kami mendapat tumpangan sementara menunggu waktu check-in yang pukul 2. Di Aussie, waktu normal untuk check-in biasanya adalah jam 2 siang, sedangkan check-out jam 10 pagi.

Rumah atau tepatnya apartemen Lyly ini menyenangkan sekali. Ukurannya termasuk besar jika dibandingkan apartemen di Indonesia. Dapurnya nyaman, kamarnya besar. Letaknya di lantai dasar, halaman belakangnya langsung menuju kolam renang.
Lyly adalah pembuat kue, spesialis kue ulang tahun. Dapurnya selalu sibuk. Pagi itu dia sudah selesai memanggang kue pesanannya. Akhir pekan adalah hari yang sibuk buatnya. Oleh sebab itu, kami dapat bonus kue yang benar-benar baru keluar dari oven. Yum! Makasih ya, Ly!
Lyly bukan sekadar teman biasa buat saya. Saya sudah mengenalnya sejak tahun 1997. Kami pernah melalui masa-masa seperti orang pacaran, bertelepon hingga larut malam karena Telkom memberikan diskon hingga 75% untuk jam-jam tertentu. Ngobrolin apa saja. Ingat ga, Ly? ;)
Kami sudah ke Cirebon bersama, baik naik kereta maupun numpang mobil teman. Kami juga sudah pernah ke NTT naik kapal Dobonsolo 4 hari 3 malam bersama. Lyly juga adalah ketua panitia acara pernikahan kami.  Pendeknya saya kenal betul dia, dan takjub melihat dia sekarang menjadi baker yang andal.
Makan bareng di Food Court Market City
Nah, hari ini kami pisah kendaraan. Di Australia, semua penumpang mobil harus mengenakan seat belt. Mobil Sun An yang five seater jelas tidak dapat menampung kami semua. Jadi, bapak-bapak ke hotel untuk mengurus check-in, Lyly, saya dan dua anak yang kecil, pergi ke Glebe Saturday Market dengan kendaraan umum. Saya selalu suka mencoba public transport di negara mana pun yang saya kunjungi. Pengemudinya, seorang bapak usia 50 tahunan, dengan baik hatinya menggratiskan ongkos untuk Chloe, hanya saya yang bayar. Biaya perjalanannya adalah $2.3.
Kami banyak berjalan hari itu, dan perjalanannya menyenangkan. Anak-anak senang saat kami melewati sebuah taman luas, bebek-bebek berenang di danau, burung-burung beredar ke sana-kemari. Teduh rasanya. Hingga tibalah kami di pasar Sabtu ini. Lokasinya di sekolah dasar negeri Glebe. Suasana musim panas di negara 4 musim memang menyenangkan. Hangat, tapi sejuk karena angin yang berembus dingin, dan tidak keringatan itu super sekali.

Chloe dan Kimi asyik bermain di taman depan Glebe Primary School
Tandoori chicken tikka wrap yang enaaaak banget

Sore harinya, kami diajak main ke Darling Harbour. Sedang ada Santa Fest selama sebulan penuh tiap hari Sabtu, dan hari itu ada kembang api di Cockle Bay.
Nah, dalam perjalanan menuju lokasi, kami berpapasan dengan sekelompok anak SMA yang sedang menyuguhkan permainan marching band mereka di sore hari itu. Tiap satu lagu, mereka pindah tempat. Para penonton dengan antusias mengikuti mereka berpindah-pindah. Seru!


Sore yang cerah



Darling Quarter Playground
Chloe dan Kimi sudah dijanjikan akan bermain pasir hingga puas. Yang kami tidak sangka, ternyata tidak hanya sand pit, tapi masih buanyak mainan lain. Ada flying fox, giant ring, ayunan yang tidak perlu rebutan karena cukup banyak jumlahnya, sand digger, perosotan gede, juga beberapa mainan yang melibatkan air. Jangan lupa bawa baju ganti kalau main di sini. Ini web-nya jika ingin melihat-lihat fasilitas bermain yang semuanya gratis ini: http://www.darlingquarter.com/play/

Anak-anak saya tentu excited luar biasa melihat peluang bermain tak terbatas seluas ini. Tanpa ragu mereka mencemplungkan diri di kolam pasir. Jika saja mereka bukan anak tropis yang kedinginan di tengah musim panas di Sydney, saya yakin mereka tak akan sungkan bergabung dengan bule-bule kecil yang telanjang bulat bermain air di Water Squirts. Memang seru dan dijamin pasti basah kuyup.

Octanet paling menantang, karena memang sulit memanjat sampai atas. Joel menyerah di 'tingkat' dua. "Susah!" begitu komentarnya.

Balance Ropes
Water Squirts

The Octanet
Fireworks @ Cockle Bay
Hari itu ditutup dengan kembang api yang meriah. Ramai sekali suasana Cockle Bay malam itu, semua tumpah ruah dan excited menanti kembang api yang akan diletuskan tepat pukul 9 malam. Buat orang Indonesia, atau Jabotabekers kayak kami, kembang apinya sih biasa saja. Hahaha. Tapi suasana malamnya itu yang menyenangkan. Dingin dan ramai, lelah namun bahagia. Semacam itulah.

Kembang apinya
Balik hotel
Sudah lelah sekali karena tidak mengambil waktu istirahat dengan baik tadi siang, kami ingin segera meletakkan kepala. Namun, tentu tidak senyaman tinggal di Serpong. Tidak ada mobil yang parkir dekat-dekat, tidak ada kendaraan umum yang lewat, daerah ini steril dari kendaraan. Jadilah kami bersama ratusan orang malam itu berjalan bersama-sama menyusuri Darling Quarter, untuk mencapai angkutan yang akan membawa setiap orang pulang ke rumah. Dan, rumah kami malam itu adalah Ibis Budget Hotel yang terletak di William Street, daerah King Cross.
Karena kami berlima, tidak akan ada taksi biasa yang mau mengangkut kami. Kami harus mencari taksi model MPV, minimal 7-seater. Biayanya sekitar $15. 
Berkali-kali saya mengingatkan diri untuk tidak terlalu sering mengkonversi mata uang lokal ke mata uang rupiah saat sedang liburan. Bisa stres sendiri. Lebih baik bandingkan dengan harga makanan. Sekali makan, minimal saya harus keluar $7-$8 untuk satu orang, jadi biaya taksi dua kali harga makanan adalah wajar. :)
Good night!

No comments :

Post a Comment