Tuesday, January 20, 2015

Canberra: Mi Instan Rasa Malaysia dan Burger Amerika

Hari ini kami akan berangkat menuju Canberra, ibu kota Australia.


Jika dilihat di peta, Canberra sesungguhnya berada di dalam negara bagian New South Wales, tapi sejak kota ini dibangun menjadi pusat pemerintahan, daerah sekitarnya dijadikan sebuah teritori tersendiri, disebut ACT, Australian Capital Territory. Rupanya dulu ada perdebatan, Sydney atau Melbourne yang jadi ibu kota. Namun, akhirnya diputuskanlah sebuah daerah di NSW dijadikan ibu kota, dan lokasinya bisa dibilang di tengah-tengah dua kota besar di Australia itu.

Canberra adalah kota yang sangat tertata rapi. Tentu saja, karena ini adalah sedikit di antara beberapa ibu kota di dunia yang direncanakan sejak awal.

Perjalanan kami tempuh dari Sydney sekitar tiga jam +mampir sebentar di KFC untuk menambah stok makanan untuk tiga krucil. Harga satu paket lunch-nya cukup menarik $5, setara Rp50.000, sudah termasuk minuman. Cukup menyenangkan perjalanannya, hanya agak bosan karena kurang dinamika, tidak ada kebut-kebutan, salip-salipan, tidak ada sensasi jantung mau copot seperti ketika menyusuri jalur Pantura tiap liburan akhir tahun. Kurang seru! :) Tapi ramah terhadap kesehatan tumit, engsel-engsel kaki, dan kesehatan mental.

di pinggiran Sydney
Palerang, otw to Canberra 
Mampir sebentar di Lake George,
danau yang menghilang dan timbul semaunya.
Sampai di Canberra sudah agak sore. Kami menginap di Alivio Tourist Park yang cantik dan lengkap sekali fasilitasnya, baik peralatan di kabin -- ya, kami menginap di kabin -- maupun di area perkemahannya. Anak-anak berenang sebentar untuk merelaksasi otot-otot yang kelelahan.

Malam tiba cepat, dan kami pun lapar. Sayangnya, kami tak punya bahan makanan! Salah satu kesalahan kami sebagai warga kota besar Indonesia adalah kami tak tahu bahwa toko-toko yang menjual bahan makanan di Australia (apalagi kota sesunyi Canberra) tidak berceceran dan jam operasionalnya pun biasanya paling malam sampai jam 8. Kami terlambat. Akibatnya malam itu kami mencari ke sana-sini tanpa hasil, akhirnya lagi-lagi harus mampir di restoran siap saji untuk menukar dolar dengan burger Amerika. Saya yang sudah eneg dengan makanan siap saji, memilih makan mi instan saja yang dibeli di minimarket.

mandi cahaya di Canberra Centre
Membandingkan Canberra dan Jakarta sebagai sesama ibu kota sungguh pekerjaan yang tidak perlu. Mereka tidak bisa dibandingkan. Yang satu penuh dinamika kehidupan, yang kedua patuh pada jam kerja. Yang kedua ini menyisakan sunyi di malam hari, dan di situlah kami berlima terdampar malam itu. Mencoba mengais-ngais apa yang bisa dikumpulkan untuk jadi kenangan hari esok. Untung masih ada sebuah kegiatan yang cukup menyenangkan untuk anak-anak, mandi cahaya, yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi bernama sidsandkids yang sedang mengumpulkan dana untuk Natal.  Tak banyak yang dapat dikais, bahkan di pusat kotanya sekali pun. Akhirnya kami pulang sambil menenteng satu pak mi instan buatan Malaysia isi 6. :)

-- lanjut ke bagian dua

No comments :

Post a Comment